Hampir 1 Jam saya menunggu di bandara akhirnya landing juga pesawatnya, selang kemudian dia muncul di pintu kedatangan dan saya menyalaminya, namun anehnya bukan balasan "say hai" yang terucap darinya namun sembari mengerenyitkan dahi dia bertanya "is it really you?", "yeah its me" jawab saya.
Sudah hampir 5 tahun saya tidak bertemu dengannya dan penampilan saya memang sedikit berbeda dari sebelum sebelumnya, jadi tidaklah heran jika dia tak mengenali penampilan saya. Kemudian dia memeluk saya dan menanyakan kabar saya, begitu juga sebaliknya. Oh iya kawan saya ini adalah kawan yang pernah saya kenal dulu ketika saya pernah bekerja dalam sebuah perusahaan multinasional, dia seorang warga negara india, mulanya kami dulu hanya berhubungan sebatas patner bisnis, namun semakin kesini hubungan kami seperti teman akrab, bahkan setiap kali dia ke indonesia dia sempatkan untuk mampir hanya untuk sekedar cerita cerita.
Saya mengajaknya ke sebuah restoran vagetarian favorit saya dan disana dia memesan beberapa sayuran , sedangkan saya hanya ikut saja sambil memulai percakapan
"How your bussines my friend?"
"good, better than the previous year, but i dunno about this year" sahutnya
Jawaban yang aneh untuk seorang bisnismen ulet, dia biasanya optimis namun kali ini saya rasakan banyak sekali keresahan di wajahnya. Kemudian dia bercerita banyak tentang apa yang sedang dialami yang intinya kali ini kunjungan berbeda dengan sebelumnya, dia bercerita bahwa mungkin tidak lagi sering travelling keliling dunia dikarenakan dia ingin fokus dengan keluarganya, "once you've told me that the time for my family is more important than anything" and "you're right"...
Keluarga yang sudah dia bina belasan tahun kini sedang diambang keruntuhan,....
Oh Tuhan, saya setengah tidak percaya mendengar ceritanya, karena sepanjang saya mengenalnya, dia adalah pemeluk agama hindu yang taat pada agama, dan menurut saya keluarganya adalah keluarga yang harmonis karena tiap kali kami bertemu dia selalu menunjukkan foto-foto harmonis bersama istri dan ketiga anak-anaknya traveling dibeberapa tempat hiburan.
"Its all my fault" lanjutnya...
"it all started from when I rarely go home.........." hampir satu jam dia bercerita, penyesalannya mengiringi hujan yang mulai deras dibagian teras depan restoran. Saya hampir tidak mendengarkan cerita dia setelahnya karena pikiran saya melayang ke masa lampau tentang dirinya.
Kawan saya ini mulanya adalah anak dari "penjual batako" , tak ada yang ditinggalkan oleh mendiang ayahnya terkecuali hanya toko batako yang kemudian dengan keuletan yang dimilikinya dia mengembangkannya dengan membuat ubin dan keramik. Dalam beberapa tahun usahanya meningkat, dengan berbekal kemampuan berbahasa inggris dan kemampuannya berkomunikasi dia mulai berekpansi menjajal menjadi seorang trader internasional menjual produk-produk india keluar negeri, dan sejak itulah dia sering traveling keluar negeri termasuk indonesia, yang akhirnya menemukan perusahaan tempat saya bekerja yang saat itu membutuhkan sebuah "goods" berkualitas baik dalam skala besar dengan harga bersaing.Entah mungkin karena urusan bisnis yang saling menguntungkan, hanya dalam 1 bulan kami bisa jadi teman baik. SMS-san, telpon bahkan mengucapkan greeting Idul fitri dan sebaliknya waktu perayaan diwali dia juga malah mengirimi saya greeting card (walau dia tahu bahwa saya beda agama dengannya).Dalam bisnis ternyata tidaklah semulus apa yang dibayangkan, tahun 2008 guncangan ekonomi membuat hubungan kami sedikit bermasalah, ini dikarenakan harga "pulp" yang melangit dan "tarik ulur" harga membuat ada kesepakatan yang diputuskan secara sepihak karena adanya policy pembatasan import .Saya tahu persis berapa kerugian yang diderita kawan saya ini, sangat buuuanyak, namun untunglah semua bisa dia selesaikan & dalam emailnya dia mengirimi saya sebuah quote "once a friend remains a friend, do not let business make our friendship means nothing...".Entahnya sejak kapan kami mulai makin akrab kembali, bahkan walaupun saya tak lagi berbisnis dengannya dia tetap SMS menanyakan kabar saya sekeluarga. Sebagai teman, saya merasa malu malah saking baiknya dia pernah menawari saya untuk berkembang bergabung dengannya, namun dengan berbagai pertimbangan saya menolak "I also wanted to expand, but I want to grow with my own way without leaving a beloved family, for me family is everything"......dan pernah sekali dia beserta istri anaknya berkunjung ketika mengambil liburan ke bali.
"hey are you listening me?"
Lamunan saya buyar, "eh iya..." saya sampai lupa malah menjawabnya dengan bahasa indonesia.
"tonight I have to go to Jakarta and passed to new delhi, Last Friday I to Fiji and I've bought souvenirs for you"
"Thanks my friend" sahut saya.
Sore itu saya menghantarkan kembali ke bandara, dan kata terakhir yang bisa saya dengar darinya adalah "See you my friend and gudluck always"
Catatan Kaki :
Dengan keterbatasan dalam berbahasa indonesia malam ini saya menerima sepenggal SMS "Trima Kasih mendengarkan My Storyku" dan sayapun membalasnya "Everything is Gonna Be All Right My Friend, send My Regards to Ur Wife and Ur cute Sons"
Saya saja stelah ikut platihan,,,,dri balance 1500 sdh 2 bln sekarng lumayan 28.0000....wktu blum ikut,,,loss trus,,,,,,
ReplyDelete