GURU, adalah PROFESI yang paling MULIA di muka bumi ini. Dengan adanya guru, kita bisa BERBICARA, BERKATA-KATA dan BERETIKA serta dengan adanya guru kitapun dengan mudah bisa MENGGAPAI CITA-CITA. Saya tak dapat bayangkan dunia tanpa guru; ketika tak ada seorangpun yang mengajarkan SESUATU maka dunia akan serasa BISU dan bisa jadi kita akan kembali ke Jaman BATU. Lebih gampangnya, kalau tak ada guru yang mengajari saya, tidaklah mungkin jemari saya bisa selincah ini berbicara dan bercerita melalui KEYBOARD laptop saya.
So.....kalau bukan dengan julukan MULIA lalu dengan apa lagi saya menjulukinya? Sedari lahir Tuhan membekali kita sebagai MANUSIA NORMAL yang pada awalnya hanya bisa "CENGENG" dengan membawa deretan huruf "O-W-E" yang berulang-ulang. Dan setelahnya kita akan dikenalkan Guru pertama yang tidak lain dan tidak bukan adalah IBU dan AYAH. Merekalah orang yang pertama kali mengajarkan kita huruf "A" agar membuat kita tertawa, dan ketika mereka mendapati kita pertama kali melakukan tawa, mereka berjingkrak-jingkrak ikut tertawa mengikuti gerak tawa kita serta berharap suatu saat nanti menyebut mereka dengan sebutan "mama" dan "papa".
Coba perhatikan lagi adakah GURU yang lebih hebat dari itu?
Dari mulai saya bayi hingga memiliki tinggi badan yang lebih dari mereka, pada kenyatannya mereka tetap menjadi GURU saya dengan memberikan nasehat-nasehat serta petuah-petuah bijak agar dikemudian hari saya mampu menjadi GURU yang baik bagi anak, istri, keluarga bahkan orang-orang yang ada disekitar saya.
Huffff......
Dan ternyata benar, ketelatenan kedua orang tua saya mengajarkan segala sesuatu yang dimilikinya ternyata melekat di otak saya, bahkan kadang saya bingung bagaimana saya dapat membalas jasa mereka? untuk alasan inikah konon para leluhur menyebut "sang guru" dijuluki "pahlawan tanpa tanda jasa"?.
Kalaupun iya; sayapun tak akan menyangkalnya, toh mereka tetap saja pahlawan bagi saya dan untuk sementara ini saya hanya bisa MEMBALAS JASA mereka dengan penggalan doa pendek "Robbi firli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani soghiro".
Kalau anda anggap bahwa cara saya MEMBALAS JASA ini cukup menyedihkan, sayapun tidak berkeberatan; karena hanya itulah dulu yang bisa dilakukan oleh seorang bocah usia 5 tahun seperti saya....
So.....kalau bukan dengan julukan MULIA lalu dengan apa lagi saya menjulukinya? Sedari lahir Tuhan membekali kita sebagai MANUSIA NORMAL yang pada awalnya hanya bisa "CENGENG" dengan membawa deretan huruf "O-W-E" yang berulang-ulang. Dan setelahnya kita akan dikenalkan Guru pertama yang tidak lain dan tidak bukan adalah IBU dan AYAH. Merekalah orang yang pertama kali mengajarkan kita huruf "A" agar membuat kita tertawa, dan ketika mereka mendapati kita pertama kali melakukan tawa, mereka berjingkrak-jingkrak ikut tertawa mengikuti gerak tawa kita serta berharap suatu saat nanti menyebut mereka dengan sebutan "mama" dan "papa".
Coba perhatikan lagi adakah GURU yang lebih hebat dari itu?
Dari mulai saya bayi hingga memiliki tinggi badan yang lebih dari mereka, pada kenyatannya mereka tetap menjadi GURU saya dengan memberikan nasehat-nasehat serta petuah-petuah bijak agar dikemudian hari saya mampu menjadi GURU yang baik bagi anak, istri, keluarga bahkan orang-orang yang ada disekitar saya.
Huffff......
Dan ternyata benar, ketelatenan kedua orang tua saya mengajarkan segala sesuatu yang dimilikinya ternyata melekat di otak saya, bahkan kadang saya bingung bagaimana saya dapat membalas jasa mereka? untuk alasan inikah konon para leluhur menyebut "sang guru" dijuluki "pahlawan tanpa tanda jasa"?.
Kalaupun iya; sayapun tak akan menyangkalnya, toh mereka tetap saja pahlawan bagi saya dan untuk sementara ini saya hanya bisa MEMBALAS JASA mereka dengan penggalan doa pendek "Robbi firli waliwalidayya warhamhuma kama robbayani soghiro".
Kalau anda anggap bahwa cara saya MEMBALAS JASA ini cukup menyedihkan, sayapun tidak berkeberatan; karena hanya itulah dulu yang bisa dilakukan oleh seorang bocah usia 5 tahun seperti saya....
Nais story
ReplyDelete