Friday, May 16, 2008

TUHAN TIDAK PINTAR MATEMATIKA

Dear all, saya mendapat sebuah perenungan yang cukup baik dari seorang kawan yang sedikit banyaknya juga saya alami:

TUHAN TIDAK PINTAR MATEMATIKA
Dari pengamatan saya terhadap keseharian yang saya temui, saya dapat menyimpulkan satu hal:Tuhan memang serba bisa, tapi Dia tidak pintar matematika.Kesimpulan ini bukan tanpa dasar lho.Banyak bukti empiris yang mendukung kesimpulan saya ini.Sebagai seorang "fresh graduate", saya tak mungkin mengharapkan penghasilan tinggi dalam waktu sekejap.Terlebih karena saya memegang prinsip bahwa hal yang terpenting dalam bekerja adalah kepuasan hati.Saya lebih memilih pekerjaan yang mungkin tak segemerlap pekerjaan yang dipilih teman-teman seangkatan saya, tapi mampu "memuaskan" idealisme saya.

Saya memang sangat mencintai dan menikmati pekerjaan saya saat ini. Tapi saat saya berbincang dengan seorang teman yang bekerja di ibukota, ia mulai membandingkan penghasilan kami (dari sisi finansial tentunya). Jelas saja saya kalah telak darinya.Saya sempat jengkel sebentar.Bagaimana tidak.Selama bermahasiswa, sepertinya prestasi kami sejajar, bahkan saya lebih dahulu lulus ketimbang dia.Tapi kenapa Tuhan tidak menitipkan rejeki yang sama besarnya dengan yang dititipkan pada teman saya ini?

Tapi, begitu saya merenungkan kembali segala kebaikan Tuhan saya menemukan satu hal yang luar biasa.Ternyata penghasilan saya yang tak seberapa itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, bahkan untuk mengirim adik ke bangku kuliah.Padahal logikanya pengeluaran saya per bulannya bisa sampai dua kali lipat penghasilan saya.Lalu darimana sisa uang yang saya dapat untuk menutupi kesemuanya itu?Wah, ya dari berbagai sumber.Tapi saya percaya tanpa campur tangan-Nya, itu semua tidak mungkin.Nah, ini salah satu alasan mengapa Tuhan tidak pintar matematika.Lha wong seharusnya neraca saya sudah njomplang kok masih bisa terus hidup.

Bukti kedua adalah kesaksian seorang teman.Ia mengaku kalau semenjak lajang, penghasilannya tidak jauh berbeda dengan sekarang.Anehnya, pada saat ia masih membujang, penghasilannya selalu pas.Maksudnya, pas akhir bulan pas uangnya habis.Anehnya, begitu ia berkeluarga dan memiliki anak, dengan penghasilan yang relatif sama, ia masih bisa menyisihkan uang untuk menabung.

Aneh bukan?Berarti kalau bagi manusia 1 juta dibagi satu sama dengan 1 juta dan 1 juta dibagi dua sama dengan 500 ribu, tidak demikian bagi Tuhan.Dari kesaksian teman saya, satu juta dibagi 3 sama dengan satu juta dan masih sisa.Betul kan bahwa Tuhan itu tidak pintar matematika?

Ah, saya cuma bercanda kok.Buat saya, kalau dilihat dari logika manusiaDia memang tidak pintar matematika.Mungkin keponakan saya yang kelas 2 SD lebih pintar dari Dia.Tapi satu hal yang harus digarisbawahi:MATEMATIKA TUHAN BEDA DENGAN MATEMATIKA MANUSIA.Saya tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah sanggup mengetahui persamaan apa yang digunakan Tuhan.Tapi kalau boleh saya menggambarkan, ya kira-kira demikian:

X = Y dimana:
X = pemberian Tuhan
Y = kebutuhan

Ya, Tuhan selalu mencukupkan apapun kebutuhan kita.Tanpa kita minta pun, Dia sudah "menghitung" kebutuhan kita dan menyediakan semua lewat jalan-jalan- Nya yang terkadang begitu ajaib dan tak terduga.

Menyadari hal itu, saya bisa menanggapi cerita teman-teman yang "sukses" dengan penghasilan tinggi di luar kota dengan senyum manis. Soal penghasilan Tuhan yang mengatur.Untuk apa saya memusingkan diri dengan berbagai kekhawatiran sementara Dia telah menghidangkan rejeki di hadapan saya.Yang perlu saya lakukan hanyalah melakukan bagian saya yang tak seberapa ini sebaik mungkin, dan Ia yang akan mencukupkan segala kebutuhan saya.

"tidak lebih kuat daripada saya"

Seperti biasa pagi ini saya selalu bangun pagi ketika dengar suara adzan subuh, yah maklum rumah dekat sama masjid dan alunan ayat al-Qur'an selalu mengalun di HP-ku sebagai tanda alarm untuk salat subuh....

Akhir akhir ini memang tanpa kusadari entah kenapa aku sering salat berjamaah walaupun dulu jarang.....yang masih teringat dalam benak saya adalah saya melihat orang yang "tidak lebih kuat daripada saya" selalu datang ke masjid dengan jarak rumah yang cukup jauh...dan dia selalu datang ke masjid dengan jalan kaki.

yang saya maksud dengan "tidak lebih kuat daripada saya" adalah dia ternyata menderita sakit, dia akan merasa kesakitan jika dia menekuk kakinya atau berjalan dengan jarak yang cukup jauh....

ketika salat berjamaah dengannya kadang2 aku melirik ketika dia ada disampingku, dia seperti meringis menahan rasa sakit ketika duduk "tawaruk dan iftirasy". Saya tidak tahu dia sakit apa, tapi melihat usahanya untuk salat seperti halnya orang biasa dan menahan rasa sakit adalah hal yang luar biasa....

bisa dibayangkan, ketika orang duduk tawaruk/iftirasy (dalam salat) bagian pangkal paha kiri biasanya bertumpu pada kaki/lantai, tapi tidak dengan si bapak ini...dia tidak bisa duduk tawaruk/iftirasy jadi dia dalam posisi tawaruk/iftirasy tapi tidak sedang duduk, pangkal paha-nya tidak menempel pada lantai/kaki tapi terangkat ke atas dan dia meringis (seperti menahan sakit). Dan bisa dibayangkan ini terjadi tiap kali dia salat..seisi masjid pernah menegurnya agar salat dengan selonjor saja tapi dia bilang bahwa dia masih kuat...subhanallah...

terlebih setelah selesai salat dia selalu berkeringat, terlihat letih mungkin karena menahan posisi duduknya...

mungkin hal inilah yang membuatku "tidak ingin kalah" dalam berlomba-lomba untuk mendapatkan pahala kalau orang seperti ini bisa kenapa saya yang masih sehat merasa enggan?

oleh karenanya, selagi saya bisa saya mencoba untuk berjamaah di masjid..walaupun mata serasa ngantuk dan begadang bekerja semalaman...

Followers