Monday, November 17, 2008

Si Sulung dan Si Bungsu

Seorang Ayah sebelum meninggal dunia berpesan kepada ke-2 anaknya (Si Sulung & Si Bungsu)

Isi pesannya sbb :Jangan menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadamu danJika mereka pergi dari rumah ke toko jangan sampai mukamu terkena sinar matahari.
Waktu terus berjalan dan hidup terus bergulir....Beberapa tahun setelah ayahnya meninggal, anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.
Ibu mereka yang masih hidup menjadi sedih dan menginginkan penjelasan karena kuatirnya si sulung sudah berlaku tidak adil kepada adiknya.Maka sang ibu pun menanyakan hal itu kepada mereka:

Jawab anak yang bungsu :
Aku menjadi miskin karena saya mengikuti pesan ayah.
Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, dan sebagai akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih.
Juga ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari.
Akibatnya saya harus naik becak atau andong. Sebetulnya dengan jalan kaki saja cukup, tetapi karena pesan ayah demikian maka akibatnya pengeluaranku bertambah banyak.
Jawab anak yang sulung :Ini semua adalah karena saya taat dan berpegang teguh pada pesan ayah. Karena ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak menghutangkan barang atau uang sehingga dengan demikian modal tidak susut.

Juga ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam.
Akibatnya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup.
Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama.


Bagaimana dengan anda ??Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat ditanggapi dengan persepsi yang berbeda.Jika kita melihat dengan positif attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan yang akan membuat kita menjadi berharga bagi orang lain, tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena sempitnya kita berpikir dan merespond sesuatu......Pilihan ada di tangan kita...

Bocah Pembeli Es Krim

Minggu siang di sebuah mal. Seorang bocah lelaki umur delapan tahun berjalan menuju ke sebuah gerai tempat penjual eskrim. Karena pendek, ia terpaksa memanjat untuk bisa melihat si pramusaji. Penampilannya yang lusuh sangat kontras dengan suasana hingar bingar mal yang serba wangi dan indah.
"Mbak sundae cream harganya berapa?" si bocah bertanya.
"Lima ribu rupiah," yang ditanya menjawab.
Bocah itu kemudian merogoh recehan duit dari kantongnya. Ia menghitung recehan di tangannya demngan teliti. Sementara si pramusaji menunggu dengan raut muka tidak sabar. Maklum, banyak pembeli yang lebih "berduit" ngantre di belakang pembeli ingusan itu.
"Kalau plain cream berapa?"Dengan suara ketus setengah melecehkan, si pramusaji menjawab, "Tiga ribu lima ratus".Lagi-lagi si bocah menghitung recehannya,
" Kalau begitu saya mau sepiring plain cream saja, Mbak," kata si bocah sambil memberikan uang sejumlah harga es yang diminta.
Si pramusaji pun segera mengangsurkan sepiring plain cream.Beberapa waktu kemudian, si pramusaji membersihkan meja dan piring kotor yang sudah ditinggalkan pembeli.
Ketika mengangkat piring es krim bekas dipakai bocah tadi, ia terperanjat. Di meja itu terlihat dua keping uang logam limaratusan serta lima keping recehan seratusan yang tersusun rapi.
Ada rasa penyesalan tersumbat dikerongkongan.
Sang pramusaji tersadar, sebenarnya bocah tadi bisa membeli sundae cream. Namun, ia mengorbankan keinginan pribadi dengan maksud agar bisa memberikan tip bagi si pramusaji.
Pesan moral yang dibawa oleh anak tadi: setiap manusia di dunia ini adalah penting. Di mana pun kita wajib memperlakukan orang lain dengan sopan, bermartabat, dan dengan penuh hormat.

Followers